Thursday, May 26, 2016

HUBUNGAN AKUNTANSI DENGAN PENGAUDITAN



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah auditor internal yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DENGAN PENGAUDITAN”
Sebagaimana judul diatas, makalah  ini disusun untuk membuka wawasan kita sebagai mahasiswa untuk lebih mengenal apa itu, termasuk hal-hal lain yang berkaitan dengan itu serta dapat memahami dan dapat mengamalkan ilmu yang ada didalammya yang dapat dimanfaatkan di masa yang akan datang.
            Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada PAK RIFKI. selaku dosen mata kuliah AUDITOR INTERNAL. Semoga makalah  ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penyusun pada khususnya.


Gapuk, 18 APRIL 2016

Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1: PENDAHULUAN............................................................................. 1
LATAR BELAKANG..................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH................................................................................ 2
BAB 2: PEMBAHASAN................................................................................ 3
BAB 3: PENUTUP.......................................................................................... 20
Kesimpulan....................................................................................................... 20
Saran................................................................................................................. 20
Daftar pustaka.................................................................................................. 21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan dunia usaha dan juga era globalisasi yang datang, maka diperlukan suatu transpasansi dan akuntabilitas dalam melakukan aktivitas bisnis. Setiap perusahaan dalam bersaing menghasilkan keuntungan dituntut untuk dapat menekan biaya agar terwujud laba yang besar,hal ini dapat dilakukan dengan efesiensi dan efektifitas biaya. Dengan demikian maka laba yang diharapkan dapat terealisasi, selain hal tersebut dibutuhkan pula internal control (pengendalian internal) yang baik dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam memperoleh laba, oleh sebab itu diperlukan suatu divisi yang bertugas khusus mengawasi jalannya internal control tersebut yaitu Internal Audit.Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen , obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. Audit internal adalah katalis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan efisiensi dengan memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan penilaian data dan proses bisnis. Dengan komitmen untuk integritas dan akuntabilitas, audit internal yang memberikan nilai kepada mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber tujuan saran independen.Profesional yang disebut auditor internal yang digunakan oleh organisasi untuk melakukan kegiatan audit internal
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization's operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control , and governance processes”
Internal audit adalah sebuah organisasi independen, dan aktivitas obyektif jaminan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Hal Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan sistematis, untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Mengetahui hubungan antara akuntansi dengan audit
2.      Mengetahui jasa penjamin pelaporan keuangan eksternal vs internal
3.      Menjelaskan profesi auditor internal


BAB II
PEMBAHASAN
2.1       HUBUNGAN ANTARA AKUNTASI DENGAN PENGAUDITAN
Subyek suatu audit biasanya berupa data akuntansi yang ada dalam buku,catatan,dan laporan keuangan dari entitas yang diaudit. Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi auditor terdiri dari data yang dihasilkan oleh system akuntansi .kriteria yang ditetapkan untuk asersi akuntansi pada umumnya adalah kesesuaian dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu seorang akuntan pada suatu perusahaan tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus memahami memahami tentang akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lain nya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian secara kritisatas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil penilaian kritis tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat, mengelompokkan, merengkum, dan melaporkan kejadian-kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam laporan keuangan. Sedangkan audit meliputi mengumpulkan bukti-bukti yang diperoleh secara logis dan assurance bahwa laporan keuangan tersebut disajikan dengan jujur dalam semua respek material.
Sebagaimana yang dikemukakan dalam definisi auditing, secara tegas dinyatakan bahwa pekerjaan auditor dalam suatu audit adalah bertujuaan untuk mengumpulkan dan menilai bukti pendukung dan bukti penguat berkaitan dengan pernyataan manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan.
Tujuan akhir dari sebuah laporan keuangan yang disusun oleh manajemen adalah untuk meng-akumulasi informasi-informasi keuangan yang relevan dan andal yang akan dikomunikasikan kepada berbagai-bagai pihak yang membutuhkan, untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat ekonomi.
Agar informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut memiliki “nilai guna” bagi para pemakai maka, informasi-informasi yang disajikan haruslah informasi yang wajar. Informasi yang wajar adalah informasi yang relevan dan andal. Untuk mendapatkan informasi yang relevan dan andal ini maka dalam menyusun laporan keuangan harus digunakan suatu kriteria yang berlaku umum . Kriteria yang berlaku umum ini dalam akuntansi disebut dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Generally Accepted Accounting Princples) .
Pentingnya prinsip kuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan adalah, untuk menyatukan persepsi didalam suatu perbedaan dalam memahami konsep, standar,definisi, metode dan penyajian suatu item yang disajikan dalam laporan keuangan. Dengan adanya kesatuan persepsi ini, diharapkan semua informasi keuangan yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan dapat dipahmi dengan pemahaman yang sama oleh berbagai-bagai pihak sehingga menjadikan informasi keuangan tersebut memiliki nilai guna.Didalam standar akuntansi keuangan dijelaskan mengenai masalah pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian dan penyajian dan pengelompokkan masing-masing item dalam laporan keuangan.
Dalam akuntansi, proses penyusunan laporan keuangan dimulai dari mengidentifikasi akibat dari transaksi atau peristiwa, pencatatan dampak dari transaksi atau peristiwa kedalam buku harian berdasarkan dokumen, pemindahan ke buku besar, pemindahan saldo buku besar ke neraca percobaan, membuat jurnal penyesuaian untuk menyiapkan neraca lajur, membuat jurnal penutup dan kemudian disusunlah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan arus kas.
Untuk menambah keyakinan berbagai-bagai pihak pemakai terhadap informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan maka, diperlukanlah suatu penilaian yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menentukan tingkat kewajaran dari informasi yang disajikan. Kewajaran suatu informasi keuangan tersebut maka, pihak independen akan menilai sampai sejauh manakah standar akuntansi keuangan digunakan pihak manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Dalam melakukan penilaian terhadap kewajaran informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan maka, pihak penilai independen harus menggunakan sistem dan standar tertentu. Di Indonesia standar ini disebut dengan Standar Profesional Akuntan Publik. Didalam standar ini diatur ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan, baik ketentuan yang berhubungan dengan persyaratan orang yang dapat melakukan penilaian, ketentuan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan ketentuan yang berhubungan dengan pelaporannya.
Menurut standar profesional akuntan publik, proses auditing dilakukan dengan cara mendapatkan dan menilai bukti-bukti yang dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan, menguji ketepatan pengakuan, kecermatan pengukuran dan penilaian, ketepatan pencatatan, pengelompokkan dan penyajian dalam laporan keuangan. Untuk mendapatkan bukti-bukti, digunakanlah prosedur-prosedur audit dan tehnik-tehnik audit. Setelah auditor melaksanakan proses audit tersebut maka, auditor menyimpulkan hasil penilaiannya yang dinyatakan dalam sebuah pernyataan pendapat mengenai tingkat kewajaran penyajian neraca dan posisi keuangan perusahaan serta hasil usaha dari kegiatan operasi perusahaan serta arus kas untuk tanggal tertentu yang diaudit.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi dan auditing memiliki hubungan yang sanggat erat, kerena proses akhir dari auditing bertujuan untuk menilai tingkat kewajaran penyajian pernyataan manajemen didalam laporan keuangan.
2.2  JASA PENJAMIN PELAPORAN KEUANGAN EKSTERNAL VS INTERNAL
A.    JASA PENJAMINAN
Jasa Penjaminan ( assurance services) adalah jasa profesional independen untuk memperbaiki kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. orang-orang yang bertanggungjawab untuk melakukan pengambilan keputusan membutuhkan jasa penjaminan guna membantu memperbaiki kenadalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jasa penjaminan memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak bias dengan informasi yang diperiksanya.
Jasa penjaminan dapat diberikan oleh Kantor-kantor Akuntan Publik (KAP) atau profesional-profesional lainnya. Sebagai contoh Lembaga Konsumen di Amerika Serikat sebagai suatu organisasi nirlaba melakukan pengujian atas berbagai macam produk yanng digunakan oleh para konsumen dan melaporkan hasil penilaian atas kualitas produk yang diujinya dalam Laporan Konsumen. Informasi yang tercantum dalam laporan tersebut dimaksudkan agar para konsumen dapat mengambil keputusan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang produk yang dibelinya. Informasi yang tercantum dalam Laporan Konsumen dipandang lebih bisa dipercaya oleh kebanyakan konsumen daripada informasi yang diberikan oleh para produsen karena Lembaga Konsumen bersifat independen terhadap para produsen. Contoh lain penjaminan dilakukan oleh perusahaan selain yang dilakukan Kantor Akuntan Publik di Amerika Serikat adalah pemeringkat televisi Nielsen dan pemeringkat radio Arbitron. Laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat tersebut sangat dipercaya oleh orang atau perusahaan yang bermaksud memasang iklan di televisi dan radio, terutama karena sifatnya yang independen.
Kebutuhan akan penjaminan bukanlah hal yang baru. Kantor-kantor Akuntan Publik telah puluhan tahun memberi berbagai macam jasa penjaminan terutama berupa penjaminan atas informasi laporan keuangan historis. Akhir-akhir ini, kantor-kantor akuntan publik semakin sering mendapat penugasan untuk memberikan jasa penjaminan atas informasi, seperti misalnya penjaminan tentang peramalan keuangan perusahaan dan penjaminan tentang pengawasan web site.
1.      JASA ATESTASI
Salah satu jenis penjaminan yang diberikan oleh kantor-kantor akuntan publik adalah jasa atestasi. Jasa atestasi adalah jenis jasa penjaminan yang dilakukan kantor akuntan publik dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Ada tiga bentuk jasa atestasi, yaitu: audit atas laporan keuangan historis, review atas atas laporan keuangan historis, dan jasa atestasi lainnya.
a)      Audit atas Laporan Keuangan Historis
Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang dilakukan audtor. Dalam pemberian jasa ini auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, audit merupakan bentuk pemberian jasa penjaminan yag paling banyak dilakukan oleh kantor-kantor akuntan publik dibandingkan dengan jasa penjaminan lainnya.
Manakala klien menyajikan informasi dalam bentuk suatu laporan keuangan, pada saat itu klien pada hakekatnya membuat berbagai asersi tentang keadaan keuangan dan hasil-hasil operasinya. Para pemakai laporan keuangan eksternal yang mendasarkan pengambilan keputusan bisnisnya pada laporan keuangan tersebut akan melihat pada laporan auditor untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan bisa diandalkan. Mereka memandang laporan auditor memiliki nilai karena auditor independen terhadap klien dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Di Amerika Serikat, berdasarkan federal securities act, perusahaan yang menhual saham-sahamnya di pasar modal wajib diaudit laporan keuangannya. Laporan auditor dapat dijumpai pada setiap laporan keuangan tahunan perusahaan semacam itu. Dewasa ini kebanyakan laporan keuangan perusahaan auditan dapat diakses melalui internet dari Securities and Exchange Commission’s (SEC’s) EDGAR database. Sebenarnya jauh sebelum federal securities act diundangkan telah banyak perusahaan yang secara sukarela mengauditkan laporan keuangannya untuk mendapatkan jaminan yang diperlukan para investor dan calon investor. Banyak pula perusahaan-perusahaan privat (perusahaan yang tidak menjual sahamnya di pasar modal) mengauditkan laporan keuangan tahunan mereka agar bisa memperoleh pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Hal yang sama dilakukan juga oleh pemerintah dan organisasi-organisasi nirlaba untuk memenuhi persyaratan dari para kreditur atau sumber-sumber keuangan lainnya.
b)      Review atas Laporan Keuangan Historis
Review atas atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari jasa atestasi yang diberikan kantor-kantor akuntan publik. Banyak perusahaan nonpublik menginginkan jaminan atas laporan keuangannya dengan biaya yang lebih murah. Audit sebagaimana diterangkan di atas menghasilkan jaminan yang tinggi sedangkan review menghasilkan jaminan yang moderat atas laporan keuangan, dan untuk mendapatkan jaminan demikian dibutuhkan bukti yang lebih sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah cukup memadai dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya pemeriksaan yang lebih murah.
2.      Jasa Atestasi Lainnya
Kantor-kantor Akuntan Publik dapat memberikan berbagai macam jasa atestasi. Kebanyakan dari jasa atestasi merupakan perluasan dari audit atas laporan keuangan, karena pemakai laporan membutuhkan jaminan independen tentang informasi lainnya (selain informasi dalam laporan keuangan). Sebagai contoh, bank sering minta kepada debiturnya (pengambil kredit) agar diperiksa oleh akuntan publik untuk mendapatkan jaminan bahwa debitur telah melaksanakan ketentuan-ketentuan tertentu sebagaimana tercantum dalam akad kredit. Kantor akuntan publik dapat juga memberi jaminan tentang efektivitas pengendalian intern pelaporan keuangan pada perusahaan kliennya. Informasi tentang pengendalian intern berkaitan erat dengan laporan keuangan, tetapi pengendalian intern berpengaruh pula ke masa depan karena pengendalian intern yang efektif akan dapat mengurangi kemungkian terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang akan datang. Kantor akuntan publik dapat juga melakukan atestasi atas laporan keuangan prospektif kliennya yang sering diperlukan sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman.
B.     JASA PENJAMINAN LAINNYA
Kebanyakan jasa penjaminan lain yang diberikan kantor-kantor akuntan publik tidak merupakan jasa atestasi. Jasa-jasa tersebut mirip dengan jasa atestasi yaitu akuntan publik harus independen dan harus memberikan jaminan atas informasi yang akan dipakai para pengambil keputusan. Perbedaannya ialah bahwa akuntan publik tidak diminta untuk menerbitkan laporan tertulis dan penjaminan tidak mengenai keandalan pernyataan tertulis yang dibuat pihak lain dalam kaitannya dengan suatu criteria tertentu. Dalam penugasan jasa penjaminan semacam ini, jaminan diberikan atas keandalan dan relevansi informasi yang dinyatakan atau tidak dinyatakan oleh pihak lain. Karakteristik umum jasa penjaminan, termasuk audit dan jasa atestasi lainnya, dititikberatkan pada perbaikan kualitas informasi yang digunakan para pengambil keputusan.
C.     JASA BUKAN PENJAMINAN
Kantor akuntan publik juga memberikan berbagai jenis jasa lain yang pada umumnya tidak merupakan jasa penjaminan. Tiga contoh jenis jasa bukan penjaminan yang sering diberikan kantor-kantor akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen.
Antara jasa konsultasi manajemen dan jasa penjaminan seringkali tampak tumpang-tindih. Tujuan utama penugasan konsultasi manajemen adalah memberikan rekomendasi kepada manajemen, sedangkan tujuan utama suatu penugasan jasa penjaminan adalah untuk memperbaiki kualitas informasi. Meskipun kualitas informasi seringkali merupakan kriteria penting dalam penugasan konsultasi, namun sasaran ini tidak merupakan tujuan utama. Sebagai contoh, seorang akuntan publik mendapatkan penugasan untuk merancang da menerapkan sistem baru. Penugasan semacam ini memberikan hasil sampingan berupa perbaikan informasi. Biasanya penugasan konsultasi akan tumpang-tindih dengan jasa penjaminan apabila perbaikan kualitas informasi untuk para pengambil keputusan menjadi tujuan utama.
2.3  PROFESI AUDITOR INTERNAL
Kualitas Profesional Suatu Jabatan
Sejalan dengan konsep era globalisasi, maka sebagai konsekuensinya makin banyak masalah yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks tersebut. Keadaan ini menuntut para pimpinan atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini membuat pimpinan tidak dapat lagi secara langsung mengawasi aktivitas perusahaan sehingga harus mendelegasikan sebagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dipikulnya kepada pihak lain, yaitu auditor internal. Lebih lanjut pimpinan/manajemen dituntut untuk menerapkan pengendalian intern yang tentunya akan sangat berguna untuk mengamankan aset perusahaan. Variabel yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern adalah kualitas jasa auditor internal. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mulyadi (1992) bahwa tugas seorang auditor internal adalah “menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi”.
Dalam proses pelaksanaan pemeriksaan intHall (1968, dalam Kalbers dan Fogarty, 1995) mengklasifikasikan lima elemen profesionalisme individual yaitu (1) Meyakini pekerjaan mereka mempunyai kepentingan, (2) Berkomitmen ke jasa barang publik, (3) Kebutuhan otonomi pada persyaratan pekerjaan, (4) Mendukung regulasi mandiri untuk pekerjaan mereka, (5) Afiliasi dengan anggota profesinya. Konsep profesionalisme Hall banyak digunakan oleh para peneliti, diantaranya Morrow dan Goetz (1988) menguji profesionalisme para akuntan publik, Goetz, Morrow dan Mc Elroy (1991) mengukur profesionalisme para akuntan publik dengan variabel yang dikembangkan, serta Kalbers dan Fogarty (1995) yang menggunakan pandangan profesionalisme yang lebih kompleks. Ketiga penelitian tersebut menunjukkan bukti empiris hubungan variable anteseden (pengalaman) auditor internal dengan profesionalisme, juga dengan variable konsekuensinya.
Menurut Ratliff. Profesionalisme dapat dilihat dan ditingkatkan dari tiga tingkatan yaitu:
Profesi internal audit secara umum. Pada tingkat ini, IIA ( The Institute of Internal Auditors ) telah mengambil empat langkah penting dalam meningkatkan profesionalisme internal auditornya di seluruh dunia. IIA telah memuat:
1) Pertanyaan tanggung jawab internal auditing. Pertama kali dibuat tahun 1977 dan terus menerus mengalami perubahan terakhir tahun 1990. Pernyataan ini sebagai dasar umum mengenai bagaimana anggaran dasar departemen internal auditing seharusnya dibuat, yang secara formal mencakup peran dari otoritas organisasi mereka.
Pernyataan ini mencakup 3 topik:
· Tujuan dan ruang lingkup internal auditing
· Tanggung jawab dan otoritas yang diberikan kepada fungsi internal auditing
· Independensi dari fungsi
2) Standar praktik profesional internal auditing. Dipublikasikan oleh IIA tahun 1978. Standar terbagi atas 5 bagian umum yang mencakup berbagai aspek auditing dalam sebuah organisasi:
· Independensi
· Kemampuan profesional
· Lingkup kerja
· Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
· Manajemen bagian internal auditing
Standar tersebut bersifat minimum dan dapat diterapkan secara luas diberbagai jenis perusahaan yang memiliki departemen internal audit.
3) Kode etik, Berisi kriteria perilaku profesionali dan penghargaan bahwa anggaran IIA melaksanakan standar kompetensi moralitas dan kehormatan
4) Program sertifikasi, Pada tahun 1974, IIA mulai mensertifikasi internal auditor yang memenuhi kriteria tertentu, program sertifikasi ini memberikan standar profesionalisme diantara mereka yang mengaku internal auditor yang profesional
b) Departemen Internal Audit.
Standar profesional internal audit mencakup dan mendiskusikan 3 cara yanng penting dalam meningkatkan profesionalisme:
Staffing yang baik
Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan disiplin yang diperlukan
Pengawasan pekerjaan audit yang baik
Empat pengukuran yang berhubungan dengan departemen internal audit adalah sebagai berikuut:
Membuat anggaran yang baik.
Standar mengatakan bahwa anggaran dasar seharusnya dalam bentuk tertulis dan disetujui oleh manajemen dan dewan komisaris dan mencakup tujuan, otorisasi, dan tanggung jawab departemen internal audit dalam organisasi. Isi dari anggaran dasar ini seharusnya memasukkan topik-topik sebagai berikut:
· Pendirian fungsi internal audit
· Sasaran atau tujuan fungsi audit
· Otoritas yang diberikan kepada departemen internal audit
· Ruang lingkup kerja yang diotorisasikan kepada departemen internal audit
· Status organisasi departemen
· Standar kinerja yang dapat diterima bagi departemen
· Hubungan departemen secara administratif maupun pelaporan
· Tanggun jawab bagi penindaklanjutan temuan audit
· Persetujuan anggaran dasar oleh manajemen eksekutif dan komite audit
Pembuatan anggaran dasar dengan baik dapat meningkatkan dan memelihara tingkat harapan integritas profesional dan kinerja yang tinggi dalam departemen. Hal tersebut juga dapat meningkatkan status fungsi internal audit.
Menerapkan standar professional.
Menurut ratiff (1996:75) standar yang dikeluarkan oleh IIA merupakan suatu anjuran yang kuat namun tidak luas diterima, bahkan diakui juga bahwa dengan menerapkan standar-standar ini profesionalisme auditor yang berada dalam departemen internal audit dapat ditingkatkan.
Memelihara auditor inti yang professional. Dalam prakteknya dibeberapa perusahaan, menggunakan departemen internal audit sebagai sekolah pelatihan manajemen, diamana beberapa calon manajer dilatih dalam beberapa waktu (6 bulan – 3 tahun), untuk kemudian menempati kedudukan manajemen ditempat lain dalam organisasi. Kadang-kadang ditemukan staf auditor terdiri dari calon-calon manajer tersebut. Hal ini tentu saja dapat merusak kualitas dan profesionalisme fungsi audit itu sendiri, maka kalaupun ada jumlahnya harus dibatasi.
Membuka kesempatan pelatihan yang baik. Pengembangan yang profesional, merupakan tanggung jawab setiap internal auditor yang dapat didukung perusahaan dengan menyelenggarakan program pelatihan di dalam perusahaan atau dengan mengirim anggota staf ke program pelatihan di luar atau seminar-seminar.
c) Praktisi secara individual
Standar profesionalisme internal audit merinci 6 hal dimana internal auditor secara individu dapat mengembangkan profesionalisme mereka, yaitu:
Kepatuhan pada kode etik
Mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan disiplin penting bagi kinerja internal audit
Mengembangkan keterampilan hubungan antara manusia dan komunikasi
Kelanjutan pendidikan dan karier mereka
Melakukan tugasnya secara profesional
Mengikuti program sertifikasi
Dua hal lain yang penting adalah penampilan profesional dan cara pembawaan diri yang baik. Menurut Hall pada buku kerangan kalbers dan forgarty, 5 elemen profesionalisme yaitu:
1) Dedikasi terhadap profesi (Dedication to proffesion)
Seorang internal auditor yang profesional seharusnya memiliki dedikasi terhadap profesi yang tinggi, ia akan senang dan terdorong melihat dedikasi dan idealisme teman seprofesinya dan antusias, memiliki komitmen terhadap profesinya.
2) Tanggung jawab social (Social obligation)
Seorang internal auditor yang profesional memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial yang tinggi, bahwa profesinya sangat penting bagi tanggung jawab sosial yang tinggi, bahwa profesinya menuntut kekhususan sehingga segala keputusan mengenai profesinya tidak dapat dibuat oleh sembarang pihak.
3) Tuntutan ekonomi (Demand for autonomy)
Seorang internal auditor yang profesional akan selalu mendambakan otonomi yang sebesar-besarnya guna memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih independen terhadap organisasinya dan memiliki kesadaran penuh bahwa profesinya tidak dapat dibuat oleh sembarang pihak.
4) Percaya pada pengaturan sendiri (Believe in self regulation)
Seorang internal auditor yang profesionalismenya dari kesungguhan bahwa sebagai suatu profesi internal audit memiliki standar yang penting untuk diterapkan dan menyadari bahwa standar tersebut merupakan ukuran minimum yang dapat berlaku didalam organisasi manapun juga dan penegakkan standar perlu dilakukan dan dijadikan suatu tolak ukur agar profesionalisme internal auditor dapat lebih diandalkan.
5) Perkumpulan profesi (profesional Community Affiliation)
Seorang internal auditor yang profesional harus menyadari penuh pentingnya untuk menambah ilmu, pengetahuan, serta informasi mengenai hal-hal yang berkenan dengan profesinya dan akan berusaha mendapatkannya melalui buku-buku, jurnal-jurnal, atau berpartisipasi dalam seminar-seminar dan pertemuan-pertemuan dengan rekan seprofesi dari perusahaan lain dan mendukung penuh kumpulan profesi yang ada.
Kualitas Profesional Audit Internal
Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup berarti pada awal abad 21, sejak munculnya kasus Enron & Worldcom yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun reputasi audit internal sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya beberapa perusahaan tersebut yang melibatkan peran auditor, namun profesi auditor internal ternyata semakin hari semakin dihargai dalam organisasi. Saat ini profesi auditor internal turut berperan dalam implementasi Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan maupun Good Government Governance (GGG) di pemerintahan. Good governance merupakan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan, akuntabel, dan efektif dalam pelayanan publik. Jadi, menurutnya ada beberapa karakteristik pada tata kelola yang baik. Di antaranya ialah fokus pada tujuan organisasi dan manfaatnya bagi masyarakat; pelaksanaan secara efektif dengan tupoksi yang jelas; mempromosikan nilai-nilai untuk seluruh organisasi dan menunjukkan nilai-nilai good governance melalui perilaku; mengambil keputusan yang transparan dan mengelola resiko; mengembangkan kapasitas dan kapabilitas lembaga agar efektif; dan mempertimbangkan seluruh stakeholder dan menyusun pertanggungjawaban yang realistis.
Kesesuaian dengan standar profesi, Hiro Tugiman (1997:29) berpendapat bahwa: “para pemeriksa internal harus mematuhi standar profesional dalam melakukan pemeriksaan”. Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi pelaksanaanya. Kode etik menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas, yang harus dipenuhi oleh internal auditor.
Pendidikan berkelanjutan, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa: “para pemeriksa internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan”.
Para auditor berkewajiban meneruskan pendidikannya dengan tujuan meningkatkan keahliannya. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik audit. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan berpartisipasi dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai konfrensi, seminar, kursus yang diadakan oleh suatu universitas, program pelatihan yang dilaksanakan oleh organisasi (in-house training programs) dan berpartisipasi dalam proyek penelitian. Pendidikan berkelanjutan juga bertujuan untuk memperoleh sertifikat qualified internal auditor (QIA).
Ketelitian profesional, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa”pemeriksa internal harus melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam melakukan pemeriksaan”.
a) Ketelitian profesional sepantasnya menghendaki penerapan ketelitian dan kecakapan yang secara patut diduga akan dilakukan oleh seorang auditor yang bijaksana dan kompeten, dalam keadaan yang sama atau mirip. Karenanya, ketelitian profesional haruslah sesuai dengan tingkat kesulitan audit yang sedang dilaksanakan. Dalam menerapkan ketelitian profesional yang sepantasnya, internal auditor harus mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan atau error, kelalaianm ketidakefektivan, pemborosan, ketidakefisienan, dan konflik kepentingan. Mereka harus mengidentifikasi kontrol yang lemah dan merekomendasikan perbaikan untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai prosedur dan praktek yang sehat.
b) Ketelitian yang selayaknya menghendaki suatu ketelitian yang kompoten bukanlah pelaksanaan yang harus sempurna, tanpa ada kesalahan, atau hasilnya luar bisa. Ketelitian yang selayaknya mewajibkan internal auditor melakukan pengujian dan melakukan verifikasi terhadap suatu lingkup yang pantas dan tidak harus melakukan audit secara mendetail atau terperinci terhadap seluruh transaksi. Karenanya, auditor tidaj dapat memberikan jaminan mutlak bahwa didalam organisasi tidak terdapat suatu ketidaksesuaian atau ketidakberesan. Walau demikian, kemungkinan terjadinya ketidakberesan atau ketidaksesuaian secara material haruslah dipertimbangkan atau diperhatikan pada saat internal auditor melaksanakan tugas audit.
c) Apabila internal auditor mencurigai atau menduga telah terjadi pelanggaran, pejabat yang berwenang di dalam organisasi haruslah diberitahu. Auditor dapat merekomendasikan apakah perlu melakukan penyelidikan atas keadaan tersebut. Kemudian, auditor harus mereview atau meninjau untuk meyakinkan apakah tanggung jawab bagian internal audit telah dipenuhi.
d) Melaksanakan kegiatan profesional yang selayaknya berarti menggunakan kecakapan dan penilaian audit yang pantas pada saat melakukan pemeriksaan.
e) Ketelitian profesional yang selayaknya mencakup mengadakan evaluasi atas standar pekerjaan atau operasi yang telah ditetapkan dan menentukan apakah standar tersebut diterima dan dapat dipenuhi. Apabila suatu standar dianggap samar atau tidak jelas, harus segera dilakukan penafsiran oleh pihak yang berwenang. Apabila berwenang menafsirkan atau menentukan standar pekerjaan atau operasi, internal auditor harus membuat kesepakatan dengan pihak yang diperiksa tentang standar yang akan dipergunakan untuk mengukur pelaksanaan operasi atau pekerjaan.
Katalog kriteria berikut ini sering digunakan untuk menilai kualitas profesional suatu jabatan :
a) Pelayanan kepada publik.
b) Pelatihan khusus berjangka panjang.
c) Menaati kode etik.
d) Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan.
e) Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik.
f) Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat.
g) Lisensi oleh negara atau sertifikat oleh dewan.
Peranan GAO (General Accounting office)
Beberapa organisasi audit internal mengharuskan semua anggota memiliki sertifikat atau bekerja untuk memperoleh sertifikat. Undang-undang audit yang seragam disusun untuk negara oleh U.S. General Accounting office (GAO) mensyaratkan auditor pemerintah memiliki gelar CPA atau CIA.
Jadi, banyak kriteria sebuah profesi yang melekat pada audit internal: memiliki dasar ilmu yang jelas, program sertifikasi, program pengembangan profesional berkelanjutan, adanya kode etik, pernyataan tanggung jawab, seperangkat, standar, jurnal profesi, dan jumlah literatur yang semakin meningkat.
Peran Bagian Audit Internal
Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol internal. Tetapi harus diingat bahwa auditor internal membantu manajemen, bukan berperan sebagai manajer itu sendiri. Perbedaan ini memunculkan keberatan mengenai kontrol akuntansi internal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Amerika serikat dan kanada.
Bukti ketaatan terhadap undang-undang ini terletak pada pendokumentasian yang layak. Jika sistem kontrol didokumentasikan dengan baik, suatu organisasi dapat lebih siap mematuhi peraturan-peraturan yang relevan. Dokumentasi yang layak adalah ibarat persediaan audit internal dalam berdagang. Oleh karena itu, manajemen akan cenderung meminta auditor internal untuk, “mendokumentasikan sistem kontrol akuntansi internal kita sehingga kita dapat membuktikan ke pemerintah bahwa kita telah mematuhi hukum.” Hal tersebut merupakan jebakan, dan auditor internal harus menghindarinya. Ketaatan terhadap undang-undang per definisi adalah masalah hukum dan bukan masalah audit. Auditor internal tidak ditugaskan untuk memberitahu badan pengatur, “kami mematuhi hukum.” Hal tersebut merupakan fungsi manajemen dengan saran dan nasihat dari bagian hukumnya. Auditor internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dan dokumentasi pendukung seperti halnya mengevaluasi aktivitas lainnya di organisasi tetapi mereka tidak bertanggung jawab untuk memberikan pendapat tentang ketaatan terhadap hukum.
Undang-undang ini berlaku di Amerika serikat dan kanada. Tetapi auditor internal di negara-negara lain, meskipun mungkin tidak diwajibkan, tetap bertanggung jawab untuk mengevaluasi kontrol akuntansi internal dan memberi tahu kelemahan-kelemahan yang ada ke manajemen.
Dalam mengevaluasi baik kontrol akuntansi internal maupun internal lainnya, auditor internal harus mengingat bahwa kontrol harus dirancang untuk mencapai tujuan manajemen.
Peran Internal Audit Dalam Pengungkapan Temuan Audit
Peran internal auditor adalah untuk memastikan apakah temuan audit itu memang ada atau tidak, untuk menilai atau mengevaluasi suatu aktivitas dalam hal mengungkapkan temuan audit berdasarkan kriteria yang tepat untuk merekomendasikan suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen. Peran internal auditor harus dijalankan dengan posisi yang independen agar kualitas pelayanannya dapat memuaskan pihak pemakai informasi yang diberikan.
Kegiatan internal audit tidak dapat meniadakan semua kemungkinan terjadinya kesalahan atau penyelewengan, akan tetapi diadakan untuk menekankan batas-batas biaya yang layak walaupun kesalahan dan penyelewengan terjadi, hal ini dapat diatasi dengan cepat.
Dengan demikian kualitas, internal auditor dalam hal mengungkapkan temuan audit bukanlah aktivitas yang dapat merugikan perusahaan yang disini berkaitan dengan sistem internal controlnya, melainkan dengan terungkapnya temuan audit, internal auditor dapat memberikan masukan-masukan berupa nasehat, saran, dan evaluasi terhadap pihak manajemen, karena semua tindak lanjut atas hasil penemuan dari internal auditor habya pihak manajemenlah yang berhak menindaklanjuti sepenuhnya.
Sikap Profesionalisme Internal Auditor Terhadap Peranan Internal Auditor Dalam Pengungkapan Temuan Audit
Seorang internal auditor yanng profesional akan selalu berusaha untuk mencapai hasil terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan. Prinsip-prinsip yang menjadi pedoman internal auditor dalam melakukan pengungkapan adalah sebagai berikut:
a) Pusatkan perhatian pada berbagai perbaikan atau kemajuan operasional yang telah dicapai dan berikan pengungkapan yang terperinci, terutama sekali kepada audite dan pihak lain yang secara langsung berkepentingan terhadap tindakan korektif.
b) Berbagai jaminan yang diberikan kepada manajemen yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada auditee terutama sekali harus didasarkan pada kondisi yang diharapkan dari area yang ditinjau apabila tindakan korektif akan dilaksanakan. Dengan mengasumsikan bahwa tindakan korektif akan dilaksanakan, hindari pengungkapan berbagai temuan audit yang akan merugikan auditee.
c) Bila dukungan manajemen senior terhadap fungsi audit tergantung pada sikap ditunjukkan oleh manajemen pada tingkatan yang lebih rendah, internal auditor harus menghindari keterlibatan dalam pengevaluasian pelaksanaan kegiatan manajerial karena akan menyebabkan auditee menunjukkan sikap defensif.
d) Pengungkapan yang dilakukan kepada manajemen senior dan dewan komisaris harus dibatasi sehingga hanya meliputi gambaran tentang program audit dan berbagai hasil umum yang telah dicapai.
e) Jangan pernah mengungkapkan berbagai temuan audit secara terinci agar internal auditor mendapat nilai dengan mengorbankan auditee dan manajemen operasional. Bila pengungkapan terpaksa harus dilakukan, internal auditor harus berusaha untuk menampilkan hasil-hasil audit sebagai hasil yang dicapai oleh manajemen dan internal auditor secara bersama-sama.
f) Secara umum, internal auditor harus berusaha menangani masalah pengungkapan sedemikian rupa dengan tujuan meningkatkan dukungan terhadap fungsi internal audit dari semua tingkatan di organisasi.
g) Internal auditor harus mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan yang telah diberikan oleh auditee dan manajemen operasional kepada dirinya.
7. Lembaga Profesi Internal Audit
a) Nasional.
1) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FK SPI). Forum ini awalnya bernama FKSPI BUMN/BUMD karena anggotanya para auditor internal yang bekerja pada Satuan Pengawasan Intern (SPI) di BUMN/BUMD. Sehubungan dengan keanggotaan yang terbuka bagi auditor intern yang bekerja di sektor perusahaan swasta, multi nasional maupun asing maka berubah menjadi FK SPI.
2) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII). Organisasi ini menghimpun para auditor internal yang telah memiliki gelar Qualified Internal Auditor (QIA).
3) Asosiasi Auditor Internal (AAI) Anggota AAI tersebar di seluruh Indonesia baik yang berasal dari BUMN/BUMD/Swasta.
b) Internasional
Organisasi profesi yang menghimpun para auditor internal se dunia adalah The Institute of Internal Auditor (IIA). Masing-masing Negara memiliki perwakilan IIA yang beranggotakan pemegang gelar Certified Internal Auditor (CIA), Indonesia juga memiliki yaitu IIA Indonesia Chapter. Setiap tahun IIA mengadakan konferensi internasional yang dihadiri oleh para auditor internal seluruh dunia.

BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat, mengelompokkan, merengkum, dan melaporkan kejadian-kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam laporan keuangan. Sedangkan audit meliputi mengumpulkan bukti-bukti yang diperoleh secara logis dan assurance bahwa laporan keuangan tersebut disajikan dengan jujur dalam semua respek material.
Peran internal auditor adalah untuk memastikan apakah temuan audit itu memang ada atau tidak, untuk menilai atau mengevaluasi suatu aktivitas dalam hal mengungkapkan temuan audit berdasarkan kriteria yang tepat untuk merekomendasikan suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen. Peran internal auditor harus dijalankan dengan posisi yang independen agar kualitas pelayanannya dapat memuaskan pihak pemakai informasi yang diberikan.
Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol internal. Tetapi harus diingat bahwa auditor internal membantu manajemen, bukan berperan sebagai manajer itu sendiri. Perbedaan ini memunculkan keberatan mengenai kontrol akuntansi internal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Amerika serikat dan kanada.
Jasa Penjaminan ( assurance services) adalah jasa profesional independen untuk memperbaiki kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. orang-orang yang bertanggungjawab untuk melakukan pengambilan keputusan membutuhkan jasa penjaminan guna membantu memperbaiki kenadalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jasa penjaminan memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak bias dengan informasi yang diperiksanya.
3.2  SARAN


DAFTAR PUSTAKA